Senin, 02 Mei 2011

LINGGA YONI

Lingga sebagai simbol purusa (maskulin/laki-laki) dan Yoni sebagai simbol Pradana/Prakerti (feminin/perempuan). Yoni posisinya sebagai penopang berdiri tegaknya Lingga dapat dimaknai menunjukkan kekuatan sifat feminin. Kedamaian dunia akan terwujud jika manusia lebih memiliki sifat feminin, misalnya kelembutan. Dalam segi fisik, laki-laki memang terlihat lebih kuat daripada perempuan. Ini karena beda tipe otot yang ada di tubuh laki-laki dan perempuan. Laki-laki dapat mengambil pekerjaan lebih berat daripada perempuan, namun kurun waktunya tidaklah lama. Sedangkan perempuan melakukan pekerjaannya dengan perlahan tapi dapat terus menerus. Hal ini juga dapat dilihat dari hubungan persenggamaan.



Kekuatan perempuan dapat dilihat dari pemberian Hyang Wenang, yaitu dipercaya untuk mengandung dan menyusui anaknya. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana merengeknya laki-laki jika diberikan untuk merasakan nyeri pada saat haid dan sakit saat akan melahirkan. Beratnya membawa beban bayi dalam kandungan namun harus tetap menyelesaikan tugas rumah tangganya. Laki-laki membutuhkan doa dari perempuan yang menyayanginya untuk mencapai hasil terbaik, entah dari istri atau ibunda tercintanya. Konon kabarnya, laki-laki selalu merindukan perempuan karena rindu akan masa kecilnya yang bahagia. Masa kecil saat dibelai sang ibu dan menyusu di payudara sang ibu. Perempuan lebih tegar dalam menghadapi hidupnya, laki-laki lebih mudah menyerahkan hidupnya dipangkuan perempuan. Berkeluh kesah bahkan dapat menangis meluapkan segala kekecewaan dan kepedihan hidup yang dijalani. Perempuan yang menjadi tempat luapan ini hanya perempuan yang memiliki sifat keibuan atau sang ibunda sendiri.



Ada ungkapan yang mengatakan bahwa "di belakang laki-laki yang berhasil dalam hidupnya ada berdiri sesosok perempuan yang bijaksana”.



Laki-laki pun dapat “hidup” karena ada perempuan, atau pengalamannya terhadap perempuan.



Perempuan selalu dapat menerima “kehidupan” untuk masuk ke dalamnya.



Seorang laki-laki selalu membutuhkan perempuan untuk menjadikan dirinya merasa lebih berarti. Sifat alami seorang perempuan adalah sifat keibuan, berkurangnya sifat keibuan dari perempuan yang beralih lebih ke arah maskulin saat ini membuat dunia semakin kacau.



Kesalahan dalam memaknai emansipasi inilah yang membuat kacau, seorang perempuan lebih mementingkan derajatnya agar disejajarkan dengan laki-laki, namun melupakan tugas utama mereka sebagai seorang ibu yang mengasuh anaknya dengan penuh belaian cinta kasih. Kadang ungkapan emansipasi ini disalah gunakan untuk menutupi ketidak mampuan seorang perempuan dalam mengurus rumah tangga.



Sifat malas untuk belajar dan merealisasikan sifat keibuannya mempunyai pelarian yang baik dengan menyalah artikan emansipasi.



Bukan maksud saya menjelekkan perempuan, namun ketidakmampuan perempuan mewujudkan sifat feminin dan keibuan asli inilah yang membuat laki-laki dan anak-anak dari para ibu tak mampu berdiri dengan tegak dalam membangun kehidupan.



Saya tidak lagi menggunakan kata wanita yang bermakna "wani di tata", tetapi saya lebih suka menggunakan kata perempuan yang bermakna yang mengempu yaitu sifat mengasuh dan membimbing sebagai tanggung jawab utama seorang perempuan. Sekarang tinggal pertanyaannya, maukah kaum perempuan menjadi seorang perempuan dan bukan lagi seorang wanita?



Rahayu... Damai dan Cinta Kasih untuk semua... _/\_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar