Senin, 02 Mei 2011

MENGGALI KEMBALI KEBIJAKSANAAN LELUHUR

Sebenarnya di Bali pun telah banyak yang melenceng dari adat yang murni atau pakem yang sesungguhnya berdasarkan sastra, sudah banyak aturan-aturan adat yang dibuat untuk memenuhi ego yang memiliki kepentingan. Tapi yang perlu dicatat itu adalah bukan adat dan agama yang harus dibuang atau ditinggalkan, namun sebaiknya bagi yang peduli maka kita dituntut untuk mengembalikan kepada track yang sebenarnya. Bebas dari ego dan kepentingan tetapi tetap tegas bagi orang yang malas dan merasa paling benar.



Ada yang mengatakan bahwa adat Bali ada sejak jaman Majapahit, bahkan ada yang lebih parah dengan mengatakan sejak jaman Belanda, itu omong kosong karena hanya kira-kira dan belum menelusuri lebih jauh lagi. Perjalanan perkembangan adat Bali mulai berkembang sejak jaman Rsi Markandeya, dimana sebelumnya pulau ini dikenal sebagai Buana Wangsul, kemudian diubah menjadi Wali Dwipa yang berarti kurban suci, dan akhirnya disebut Bali.



Setelah jaman Rsi Markandeya, adat yang ada pun disempurnakan kembali untuk meredam perseteruan antar sekte yang ada. Kejadian ini dikenal dengan Pesamuan Tiga (Samuan Tiga), yang menghasilkan penyatuan seluruh sekte yang ada menjadi satu wadah yaitu Siwa-Buddha. Samuan tiga terjadi di jaman pemerintahan Prabu Dharma Udayana Warmadewa (989-1011M) dengan permaisurinya Sri Gunapriya Dharmapatni (Mahendradatta) seorang putri Wangsa Isyana dari Kerajaan Medang (Mataram Kuno). Dan keduanya adalah orang tua dari Prabu Airlangga (Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa) yang mendirikan kerajaan Kadiri dan memerintahnya pada tahun 1009-1042M (lahir tahun 990M).



Dari sekilas data di atas, pertanyaannya, apakah sudah ada Majapahit? Apakah Belanda sudah masuk dan menjajah Nusantara?



Memang setelah masa Majapahit ada beberapa perubahan secara politik agar masyarakat Bali mau tunduk dan di atur di bawah pemerintah pusat Majapahit. Namun juga jangan lupa, Kadiri tetap menjadi ibu kota kedua dari Majapahit. Dan Purohita Majapahit banyak berasal dari keturunan raja-raja Kadiri. Bahkan untuk meredam gejolak Bali yang tidak mau tunduk begitu saja di bawah Majapahit, akhirnya ditunjuk Arya Kepakisan sebagai Maha Patih di Bali. Dimana Arya Kepakisan ini sendiri adalah keturunan dari Arya-Arya Kediri, keturunan dari Prabu Airlangga.



Bagi mereka yang hidup di tanah Bali tanpa menjalankan ritual budayanya silahkan, dan lihatlah bagaimana reaksi alam terhadap mereka. Tanah Bali itu berbeda dengan tanah lainnya di luar Bali, dengan tatanan adat dan budaya yang telah diwariskan oleh leluhur itulah mengapa Bali menjadi tempat satu-satunya di nusantara yang masih dapat menjunjung nilai-nilai dari leluhurnya sendiri, lebih dekat kepada jatidirinya sendiri, tidak kebingungan seperti kebanyakan orang di daerah luar Bali yang telah lebih banyak mengabaikan bahkan menghina kebijaksanaan leluhurnya sendiri.



Yang menjadi masalah saat ini adalah pola pikir orang yang bisa nya hanya protes tanpa tau dan ga mau tau esensinya. Sudah ga tau, ga mau cari tau trus menyalahkan... weleh-weleh... orang macam apa ya?



Pikiran memang yang kuat mempengaruhi diri seseorang, namun jangan lupa di atas pikiran ada tingkatannya lagi seperti Jiwa dan Atma yang jauh lebih berkuasa daripada sekedar pikiran, sekaligus dapat mempengaruhi pikiran karena tanpa keduanya pikiran tak akan bekerja. Begitu juga di alam raya ini. Saya berani mengatakan bahwa ada aturan adat dan budaya yang tidak bisa kita tinggalkan begitu saja, jika ingin merasakan yang namanya Moksartam Jagaditha Ya Ca Iti Dharma. Aturan yang ditetapkan juga berdasarkan kekuatan Tapa dan Yoga para leluhur. Cari tau apa itu yang sesungguhnya, dan bedakan dengan aturan yang hanya berdasarkan ego dan kepentingan sesaat. Ubah dan sesuaikan yang mengikuti ego dan kepentingan, dan luruskan kembali apa yang melenceng dari yang sebenarnya.



Orang barat bisa kita lihat sebagai kemajuan dalam berpikir, namun jangan begitu saja mengadopsi tanpa kita menyaring. Mereka maju, namun mereka pun kebingungan karena mereka selalu bergerak keluar. Dan ketika mereka memahami bahwa seharusnya bergerak ke dalam, mereka pun akan belajar dari filsafat kita (orang timur). Kita sudah diajarkan untuk bergerak ke dalam, di saat kita melakukan sesuatu di luar.



Bukan menolak sesuatu yang dari luar apalagi merendahkannya, namun saringlah, kemudian padukan dan raciklah dengan apa yang kita punya, kemudian masak hingga matang, kunyah dengan baik dan rasakan, baru kemudian telan. Inilah keahlian, kecerdasan dan kebijaksanaan leluhur kita. Jangan kita telan mentah-mentah segala yang datang tanpa diproses.



Menurut saya, kemampuan manusia untuk memahami dan meyakini sesuatu dapat dimulai dari rasa kemudian audio-visual untuk lebih menguatkan. Sedangkan orang barat cenderung membawa kita kepada bukti visual kasat mata, dengan lebih banyak mengabaikan rasa dan audio. Sedangkan leluhur kita telah banyak mendapatkan pengalaman dari segi rasa serta audio-visual, dimana audio-visualnya pun ada dua macam, yang kasat mata dan tidak kasat mata. Sesuatu yang lebih kompleks, yang hanya bisa diteliti lebih lengkap dengan penelitian rohani, bukan sekedar laboraturium fisik.



Sahabatku, bangsa Nusantara ini sebenarnya DITAKUTI oleh bangsa luar...



Bangsa luar lebih bisa melihat potensi bangsa ini, secara terselubung mereka mengakui kecerdasan serta kekayaan SDM dan SDA kita. Mereka akan selalu mengusik kita agar keluar dari diri kita, karena mereka akan sulit menguasai kita jika kita telah kembali kepada jati diri kita sebagai bangsa yang berdikari. Kembalilah menggali kebijaksanaan leluhur kita masing-masing, Bali kembali ke Bali, Jawa kembali ke Jawa, Sunda kembali ke Sunda, Sumatera kembali ke Sumatera dan seterusnya. Kembalilah kepada kebijaksanaan leluhur yang telah memiliki visi jauh kedepan dengan segala bentuk peninggalannya kepada kita para keturunannya.



Janganlah terkecoh jika ada pertanyaan apakah leluhur kita mendapatkan petunjuk?, namun yang perlu dipertanyakan adalah sudahkah kita menggali dan memahami secara maksimal petunjuk kebijaksanaan yang diwariskan dari leluhur kita sendiri?



Rahayu... Damai dan Cinta Kasih untuk semua...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar